4. Kalau sempat, akan ku ceritakan nanti.

Hidup di abad 21 bagi mereka mungkin tak pantas bercerita menggunakan bahasa baku dan kata aku atau kamu, tapi aku tetap memilihnya tak apa jika tak suka. Bagian terburuknya mungkin kita generasi pertama yang hanya mendengar Tamagochi tanpa pernah memainkannya atau kita generasi terakhir yang masih memainkan bekel ditaman bermain tanpa peduli pria atau wanita.

Ku rasa gender tak terlalu penting pada saat itu.
Banyak pria yang tak sungkan untuk ikut dalam permainan memasak atau mendandani sesuatu, entah itu benda mati ataupun kucing yang kabur setelah kita warnai.
Menggendong bayi plastik dan membawa sisir kecil juga sudah biasa ku lihat.
Tentu aku tak ikut menggendong bayi itu, aku selalu jadi sosok ayah yang ntah dari mana aku bisa menikah dengannya.
Untung saja hanya permainan. Jika kenyataan mungkin aku sudah dituntut karna menikahi banyak wanita.

Dulu tak jarang juga wanita bermain sepakbola atau layang-layang bahkan lebih hebat dari para pria. Aku tak ingin berburuk sangka dengannya, mungkin saja dia lebih hebat mendandani sesuatu, siapa yang tau jadi apa mereka nanti?
Semoga saja apa yang kubayangkan ini tidak benar-benar terjadi.

Itu sedikit tentang teman-temanku dulu, buang jauh-jauh prasangka buruk tentang mereka. Aku juga tak ingin ketika suatu saat salah satu dari mereka ada yang berubah.
Semoga Ilham tetap menjadi Ilham bukan mawar.