29. Kalau sempat, akan ku ceritakan nanti.

Tapi kurasa memang ada yang salah waktu itu. Itu bukan aku.
Itu bel sekolah, salahkan dia, karna sepertinya itu jadi lebih cepat berbunyi setelah dia tersenyum.

Apalagi sehabis tau namanya, ternyata indah ya.
Padahal hanya semudah itu untuk tau tapi kenapa bisa jadi sulit, bahkan aku harus lewat berhari-hari dulu, ditambah dia yang mungkin pemalu, pantas saja banyak yang penasaran.  Bisa jadi dia juga orang yang sulit untuk membuka obrolan.
Tentu itu hanya opiniku, belum tentu.
Saat itu juga tidak ada lagi balasan lain selain senyum kearah ku.

Jadi, sampai disini cukup jelas menggambarkannya.
Tidak heran jika banyak orang datang, yang bukan hanya teman-teman sekelasku juga waktu itu.
Besok akan ku coba lebih ya, kali ini akan ku mulai dari awal, bel sekolah tidak akan jadi alasan lagi.

Sarah.

Komentar